Blogroll

Home » » BAHAYA MENUNDA PEKERJAAN

BAHAYA MENUNDA PEKERJAAN

Setiap orang menginginkan hidup tidak ada masalah, namun bila terpaksa ada masalah bukan masalah yang berat dan berarti, tetapi masalah yang biasa-biasa saja yang dapat diselesaikan dengan mudah dan sederhana. Walaupun pada dasarnya bahwa hidup pasti ada masalah, mengapa terjadi masalah. Hal ini karena kesenjangan antara harapan dan kenyataan, orang mempunyai cita-cita, namun dalam mewujudkan cita-cita tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ada kerikil-kerikil tajam yang menghambat untuk mewujudkan cita-cita.

Demikian pula dengan pekerjaan yang dijalani oleh manusia, semua orang menginginkan mempunyai pekerajaan yang ringan namun membuahkan hasil yang memuaskan. Namun dalam kenyataannya pekerjaan yang dilakukan terkadang menjadi pekerjaan yang berat dan sulit. Seakan semua pekerjaan membawa resiko, bahkan nyaris tidak ada pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan. Diantara penyebab dari semua ini adalah kebiasaan suka menunda-ninda pekerjaan.

Mengapa diantara kita kadang menunda-nunda pekerjaan. Sesungguhnya menunda-nunda pekerjaan itu adalah suatu kebiasaan buruk, kebiasaan ini terjadi karena menganggap bahwa hari esok masih panjang, tanpa disadari bahwa hari esokpun permasalahan juga menjadi bertambah. Sehingga menunggu hari esoknya kembali juga permasalahan juga semakin banyak. Sehingga berakibat masalah yang sederhana akan menjadi masalah yang berat dan sulit untuk diatasi.

Pernah terjadi pada seoarang karyawan kantor, sebagai seorang staf dia selalu diberi tugas oleh atasannya untuk melaksanakan suatu pekerjaan, namun dia tidak dengan segera melaksanakan. Setiap tugas diterimanya dengan jawaban yang singkat ya pak atau dengan kata siap pak. Dari hari kehari sampai berganti pekan, pekerjaan itu belum dilaksanakan malah telah diberi tugas yang baru lagi. Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada akhir bulan diselenggarakan meeting untuk membahas tugas-tugas yang telah dibebankan pada masing-masing karyawan.

Apa yang terjadi dengan karyawan yang suka menunda-nunda pekerjaan itu, ternyata pada minggu terakhir pekerjaan tersebut baru dikerjakan. Dia berusaha untuk datang lebih awal, setelah apel pagi langsung mengerjakan tugas, ternyata waktu berlalu begitu cepatnya, seakan baru saja datang, tiba-tiba sudah terdengar kumandang azan zuhur. Akhirnya merasa tanggung dengan pekerjaan yang sedang dikerjakan dia tetap tekun dengan pekerjaannya, sehingga lupa dengan makan siang bahkan shalat zuhurnyapun dikerjakan pada akhir waktu. Baru saja istirahat untuk shalat kemudian memulai dengan pekerjaannya, tiba-tiba terdengar kumandang azan shalat Ashar. Sehingga pekerjaannya di bawa pulang ke rumah. Maksud hati akan diselesaikan dan lembur di rumah. Tetapi ternyata setelah sampai di rumah yang terjadi adalah rasa letih, ngantuk dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan. Akhirya pada keseokan harinya datang kembali ke kantor lebih awal satu pekerjaan selesai menyusul pekerjaan lainnya, sementara waktunya semakin mepet dengan minggu terakhir untuk meeting.

Perasaan gusar, takut dan malu bercampur jadi satu, sehingga tugas yang diberikan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga ketika waktu meeting telah datang, masing-masing sataf dipersilahkan untuk melaporkan kinerjanya. Ternyata pekerjaan banyak yang salah. Maka apa kata pimpinan, dia dipandang sebagai karyawan yang tidak becus dalam menjalankan tugas, pimpinan menjadi marah karena merasa disepelekan oleh stafnya. Pimpinan menjadi pusing, karyawan tersebut juga menjadi pusing. Sehingga sehabis meeting bukannya reward yang dipeoleh namun justru cacian dari atasan dan olok-olokan dari sesama karyawan.

Inilah gambaran singkat dari akibat orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, dan secara gamblang bahwa menuda-nunda pekerjaan berdampak pada:
1. Pekerjaan yang mudah akan menjadi sulit dan rumit.
2. Pekerjaan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.
3. Akan merugikan perusahaan.
4. Orang akan rentan terkena stress.
5. Akan menciptakan suasana tidak kondusif.
6. Akan menjadi pribadi yang egois dan individualistik.
7. Akan menjadi orang yang rugi.
8. Orang akan rentan mudah terserang beraneka macam penyakit, stamina semakin menurun, kekebalan tubuhnya juga menurun sehingga mudah terserang penyakit.
9. Rawan terjadi kematian secara dini, bisa mati secara total dalam arti tidak dapat menghirup udara dunia. Namun bisa juga matinya organ dan saraf tertentu sehingga tidak dapat menikmati hingar-bingar kehidupan dunia.

Cobalah kita renungkan dengan pekerjaan-pekerjaan rutin yang terbiasa telah dilakukan, bayar rekening listrik, telephon, air, pajak kendaran bermotor, jatuh tempo dan tenggang waktu tekah ditentukan namun selalau ditunda-tunda. Maka bila sampai terlambat akan terkena denda. Yang lebih parah lagi bila menunda-nunda untuk membayar hutang, maka akan hilang kepercayaan, orang tidak mau mempercayainya lagi.

Karena itu Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa seluruh alam semesta memberikan petunjuk, agar segera bergegas untuk menyelesaikan pekerjaan dan beralih melaksanakan pekerjaan yang lain. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. Alam Nasyrah: 7)

Ketika hamba Allah selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, maka Allah menjamin bahwa pada setiap kesulitan pasti ada kemudahannya, dengan demikian beban yang dirasa berat akan berkurang, bahkan akan hilang. Namun sebaliknya bila pekerjaan itu selalu ditunda-tunda maka beban ringan akan menjadi berat, perkerjaan yang sedikit akan menumpuk. Sehingga akan menjadi penderitaan yang terus-menerus.

Sumber : http://www.untajiaffan.com/

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Pendidikan Sepanjang Hayat

Eksistensi manusia memerlukan sebuah proses untuk mencapai tujuannya dengan sebuah media yang disebut pendidikan. Manusia dianjurkan menuntut ilmu yang berguna sepanjang hayatnya, karena derajat orang berilmu sedikit lebih tinggi dari pada orang-orang beriman. Akan lebih baik jika keduanya ada digenggamanmu. Muara Tebo, 19 Maret 2016